Mengenal daerah asal


Saya bukan AREMA {Arek Malang} tetapi saya sejak kecil tinggal dan tumbuh di kota Malang. Ketika saya masih balita ibu dan ayah saya memboyong saya ke Malang saat itu kakak saya belum ikut. Kakak saya tinggal bersama nenek.  Pertama kali saya tinggal di Dinoyo disana saya menemukan banyak hal terutama pengalaman. Di Dinoyo, ketika saya masih kecil. Saat 17 Agustus ada berbagai macam lomba seperti pukul air, balap karung. Kelereng, dsb. Dan juga ada pawai budaya di pinggir jalan menampilkan topeng monyet, reog ponorogo, tarian jaipong,dsb. Pada saat itu saya sempat nangis karena saya takut dengan reog ponorogo. Saya tinggal di Dinoyo hanya beberapa tahun.

                      source:https://i.ytimg.com/vi/wR6gTeL0658/maxresdefault.jpg
Ketika saya berumur 6 tahun. Saya dan keluarga saya pindah ke jalan Titan Asri IX/G-24 Malang. Disini saya juga mengenal kultur baru seperti malam syukuran ketika malam agustusan, lomba2 agustus yang agak berbeda dibandingkan di gajayana. Ada lomba catur, badminton, tenis meja, voli, fashion show, menangkap belut, memasukkan paku, lomba kerupuk, fashion show, dsb. Dan juga ada budaya yang masih dipertahankan hingga saat ini adalah syukuran ketika bayi berumur 7 bulan, tetangga baru,menempati lingkungan baru,  dan ketika sakit, kelahran bayi para tetangga menjenguk.dsb. Menurut saya itu semua merupakan budaya yang harus tetap diperahankan. Itulah gambaran mengenai kehidupan social di tempat tinggal saya.

Malang memiliki beberapa keunikan dan keunggukan. Malang memiliki banyak julukan salah satunya adalah kota pendidikan. Sebutan kota pelajar muncul dikarenakan kota Malang memiliki banyak sekolah di berbagai jenjang dan juga banyak yang merantau ke kota Malang untuk menempuh/melanjutkan pendidikannya Julukan ini sudah ada sejak jaman Hindia Belanda. Dan juga kota Malang memiliki banyak industry kreatif seperti sentra keripik buah, sari apel, keripik tempe yang berpusat di Sanan, jenang apel, dsb.

 Source:https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCCe_1fuyAZi5dTThU3udl9eFj4J0jI6D2xjS-AlFru5EY87CV77ZPBA7hT_iazAZ5HovffXA3THWwJegDqC1lMM3H96mVsUAatyR7qeJxqtHgBjX5fLHflnYve5sjWVJlqH-lKo4d8yGW/s1600/13046322_1106136042785400_561164164_n.jpg

Dalam berkomunikasi warga Malang memakai Bahasa logat malang-suroboyoan dan juga Bahasa walikan. Bahasa walikan muncul karena untuk pada masa klonial Belanda warga menjaga agar pemerintah maupun tentara koolonial belanda tidak mengetahui pembicaraan mereka. Bahasa walikan juga populer di anak muda malang bahkan menjadi Bahasa gaul. Seperti kamu dibalik jadi umak, saya menjadi ayas, makan menjadi nakam, dsb. Itulah informasi mengenai daerah asal saya. Terima kasih.
 








Comments

Popular posts from this blog

Tentang Universitas Muhammadiyah Malang

Keunggulan Psikologi UMM